Pages

Sabtu, 15 Juni 2013

Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen Tangan-tangan Buntung Karya Budi Darma dengan Pendekatan Pragmatik


UZLIFATUR ROHMAH
122074213 / PA 2012
APRESIASI PROSA FIKSI
UNESA


Judul                 : Tangan-tangan Buntung
Penulis              : Budi Darma
Jumlah paragraf : 30
Hal-hal menarik  :
Ø  Cerpen Tangan-tangan Buntung, nama yang digunakan para tokoh menarik perhatian karena namanya lucu, anrh dan tidak biasa. Ada tokoh yang bernama Dobol, Abdul Jaedul dan Jiglong.
Ø  Cerpen karya Budi Darma mempunyai cerita yang berbobot, tidak sederhana dan berintelektual sehingga para pembaca tertarik untuk membaca cerpen ini.
Ø  Cerpen Tangan-tangan Buntung mempunyai pesan yang sangat bagus, mendalam  bagi para pembaca.
Ø  Setelah menyelesaikan membaca cerpen ini, pembaca akan mendapatkan manfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dapat menjadi introspeksi dalam melihat permasalahan negara.


PRESIDEN BUNTUNG

          Cerpen Tangan-tangan Buntunga karya Budi Darma ini menceritakan keadaan sebuah negara yang sangat aneh. Kenapa aneh ? karena negara berbentuk republik  ini mempunyai kebiasaan yang berbeda. Dipimpin oleh seorang presiden tidak mempunyai kapasitas sebagai presiden. Presiden pertama yaitu Jendral Dobol, karena tidak ada aturan tenggat waktu masa jabatan presiden, Dobol memerintah sampai meninggal. Dilanjutkan anaknya Abdul Jaedul dan yang terakhir Jiglong.
          Nama negara di sesuaikan dengan nama presiden, contohnya Republik Demokratik Dobol, Republik Demokratik Abdul Jaedul. Bendera negara juga setiap pergantian presiden juga ganti, benderanya harus ada gambar presidennya. Sampai akhirnya Nirdawat menjadi presiden yang merubah negaranya menjadi negara yang lebih baik. Yang dihormati, yang disegani oleh negara-negara lain.

Apresiasi Prosa Fikisi Novel SUPERNOVA EPISODE KESATRIA, PUTRI , & BINTANG JATUH dengan Pendekatan Psikologis



UZLIFATUR ROHMAH
122074213 /2012
APRESIASI PROSA FIKSI
UNESA
                                                              
Judul               : SUPERNOVA EPISODE KESATRIA, PUTRI , & BINTANG JATUH
Penulis             : Dee/Dewi Lestari
Hal                  : 322
Sub Bab          : 33 Keping
Tokoh              :
1)    Dimas
2)    Reuben
3)    Ferre
4)    Rana
5)    Diva
6)    Gio
7)    Arwin
Hal – hal menarik :
1)      Cerita dalam novel Supernova Episode Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh diceritakan dengan sangat pintar dan lugas. Menurut saya, selama saya membaca berbagai novel baru pertama kali saya membaca novel dengan tema, ide dan cerita seperi ini. Sungguh menarik untuk dibaca semua serinya.
2)      Dalam novel Supernova Episode Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh tidak hanya terdapat satu cerita tetapi ada dua cerita, yang kedua berdiri sendiri tetapi ada hubungannya. Apabila membaca novel ini dibutuhkan sedikit kerja keras untuk dapat memahami setiap alur cerita.
3)      Tokoh – tokoh dalam novel Supernova Episode Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, mempunyai keunikan, kekhasan dan dideskripsikan dengan sangat baik. Masing – masing tokoh mempunyai sifat – sifat yang kuat dalam pendiriannya. Penulis menciptakan tokoh – tokoh dalam cerita menurut saya dengan pemikiran yang sangat baik.
4)      Alur cerita yang saling bergantian antara Dimas-Reuben dan Ferre-Rana-Diva dibeberkan dengan jelas, tanpa memuat banyak masalah menurut saya.Walaupun alur ceritanya bergantian, alur ceritanya tetap menarik

Kamis, 13 Juni 2013

Cerpen....


Ketika Hujan, Lintang dan Hujan
Tik.. tik.. tik..
Gadis berkerudung itu mendongak, menatap langit yang tengah bersedih, gelisah, murung dan gelap, meneteskan satu persatu air dari surga. Basah, dingin dan menyerap ke dalam tanah dengan cepat. Ia tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Seolah tidak menyadari bahwa dalam hitungan detik gerimis ini akan menjadi hujan deras.

Dua menit berlalu, gadis berkerudung itu tetap berada di tempatnya, hanya diam. Hujan deras membuat seragam yang ia kenakan itu seratus persen basah. Tas yang ada di punggungnya pun basah. Entah bagaimana nasib buku literatur di dalamnya. Ia menunduk, menatap aspal yang diam saja menahan berat badannya.
“Sedang apa di sini?” tanya seorang laki-laki yang berusia seumuran  gadis berkerudung itu. Laki-laki itu baru saja keluar dari salah satu gedung yang berada di sebuah gang sempit di antara dua gedung tinggi yang tak terjangkau.
Gadis berkeerudung itu mengerutkan alis, “Berdiri.” jawabnya singkat.
“Tapi sekarang sedang hujan. Masuklah, ada pertunjukan bagus di dalam sana.” Laki-laki itu menunjuk salah satu gedung. “ Apakah kamu suka hujan, sama sepertiku?” tanya laki-laki itu.

Gadis itu menggeleng dan menjawab  “Tidak. Aku hanya malas pulang.” Air hujan semakin membasahi tubuh gadis berkerudung ini.
“Kalau begitu masuklah ke dalam?” ajak laki-laki itu, lagi.

Gadis berkerudung itu mendesis, tapi apa daya, laki-laki di hadapannya sudah terlebih dulu menyambar lengan tangannya sebelum gadis itu sempat menyetujui atau menolak ajakannya. Gadis berkerudung itu berdiri di antara gerombolan penonton yang menyaksikan mini konser di dalam gedung tersebut. Ia hanya mampu terhanyut dengan penampilan laki-laki berpawakan tinggi yang ia ketahui dengan nama Lintang.

Lima belas menit setelah penampilan itu, gadis berkerudung itu keluar bersama Lintang. Tangan Lintang disibukkan dengan lembaran Rupiah yang ia peroleh dari pekerjaannya. Lintang terus berjalan di bawah rintikan gerimis sisa hujan beberapa waktu lalu.

Gadis berkerudung itu mengerutkan kening saat Lintang berhenti di tepian sungai sebuah jembatang yang menghubungkan dua daratan yang dipisahkan oleh sungai besar dan deras. Sungai itu membentuk banyak sekali riak-riak air yang disebabkan oleh titik-titik hujan yang turun. Bayangan lampu kota memantul indah, bergoyang-goyang dan beriak seiring air hujan yang turun.
“Indah, bukan?” tanya Lintang.

Gadis berkerudung itu mengangguk lirih. Tidak ada pemandangan air lebih indah dari pada pemandangan sungai ini. Ketika di malam hari saat hujan seperti ini, seperti apa yang ditunjukkan oleh Lintang.
Sekilas ia melirik Lintang yang tengah menyandarkan punggungnya di pagar pembatas jembatan. Salah satu kaki panjangnya terangkat seraya menelangkupkan kedua tangannya di depan dada. Lintang menikmati aliran air sungai dan tetes air yang mengalir dari ujung rambutnya menuju ujung kakinya.

Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen ''Cerita Cinta Enrico" karya Ayu Utami

IBU, KEBEBASAN DAN CINT(A)








Oleh
Uzlifatur Rohmah
122074213 / PA 2012



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2013



IBU, KEBEBASAN DAN CINT(A)

A.  Pengantar
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam hal ini lebih banyak ditentukan oleh tujuan dan apa yang akan diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, kelangsungan apresiasi itu terproses oleh kegiatan bagaimana, dan landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi.
      Membaca novel Cerita Cinta Enrico, seperti melihat sisis lain dari karya Ayu Utami yang pernah ada sebelumnya,yaitu Bilangan Fu, Saman, maupun Larung. Isi novel ini lebih mudah dipahami, berkisah tentang kehidupan nyata Prastya Riska yang akarab dipanggil Enrico anak seorang tentara berdarah Jawa yang bertugas di Padang. Enrico lahir pada masa pergolakan antara Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Pemerintah RI yang berkuasa saat itu. Saat umurnya baru beberapa hari, Enrico beserta Ibu, Sanda kakaknya dan seorang pengasuhnya dibawa ke hutan untuk bergerilya bersama ayahnya. Pada bagian lain, diceritakan juga tentang sosok Enrico yang melawan Rezim Soeharto sampai sosok Enrico mengalami masa kedewasaan yang sempurna.
            Tapi, terlepas di balik sejarah yang terkesan melatar belakangi cerita, menurut saya ide utama cerita ini adalah bertemakan cinta. Tergambar jelas bagaimana Enrico begitu mencintai ibunya bahkan menyebutnya sebagai kekasih, ayahnya dan beberapa perempuan yang singgah dikehidupan serta mencintai kebebasan.
            Dalam rentang masa kehidupannya, Enrico mempunyai kecendenrungan yang amat kuat untuk mencintai ibunya. Sosok ibu bagi Enrico begitukuat dalam membangun kepribadiannya. Semenjak kecil Enrico mengalami kejadian yang begitu mengesankan dan memorable yang dialaminya bersama ibunya. Tetapi, Enrico kehilangan sosok ibunya semenjak Sanda meninggal. Semenjak itu di alam bawah sadarnya, Enrico menginginkan kasih sayang dari ibunya seperti masa kecil sebelum ibunya berubah. Dan menginginkan pengakuan bahwa dia adalah anak yang baik.
            Kondisi Enrico perjalanan hidup Enrico yang menarik tersebut ditunjukkan dalam tiga peristiwa penting yang mempunyai andil dalam pembentukan kondisi psikologisnya. Hal ini diperkuat oleh penjelasan yang disampaikan oleh Freud bahwa proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian dituangkan kedalam bentuk penciptaan karya seni. Teori pendekatan psikologis sastra yang dikembangkan olehFreud ini dikenal dengan nama pendekatan psikoloanalisis.